Pendahuluan
A.
Latarbelakang
Pendidikan adalah
suatu alat untuk mencapai tujuan atau cita-cita seseorang. Metode adalah cara
untuk mempermudah dalam pencapian suatu tujuan. Fiqh adalah ilmu yang membahas
tentang hukum-hukum syara’ yang berkenaan dengan amal permuatan berdasarkan
dalil-dalil. Dalam pelaksanaan pendidikan khususnya dalam suatu kegaiatan belajar
mengajar pembelajaran fiqh baik disekolah maupun dimadrasah seorang guru dalam
menyampaikan materi pembelajaran yang akan diberikan kepada anak didik atau
siwa sering kali ditemui bahwa guru tersebut mengalami kesulitan baik dalam
memilih, menetapkan, serta menerapkan metode tersebut kedalam proses
belajar-mengajar.
Untuk itu kami selaku pemakalah kali ini akan
membahas tentang bagaimana penerapan metode pembelajaran fiqh, hal-hal apa yang
harus diperhatikan dalam memlilih metode, metode yang digunakan dalam
pembelajaran fiqh, serta strategi apa saja dalam pembelajaran fiqh yang tepat
dan efektif dalam menerapkan metode tersebut sehingga nantinya proses
pembelajaran tersebut dapat tercapai tujuan yang diinginkan. Jika suatu metode
sudah ditentukan kita juga memerlukan suatu strategi untuk menjalankan atau
menjadi langkah suatu metode tersebut sehingga penerapan metode tersebut
berjalan lancar.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan metode pembelajaran
fiqh?
2. Apa saja prinsip-prinsif metode mengajar?
3. Jelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
pemilihan metode?
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Strategi
pembelajaran fiqh?
5. Jelaskan apa saja langkah-langkah dalam menyusun
strategi pembelajaran efektif?
6. Jelaskan apa saja macam-macam strategi pembelajaran
yang digunakan dalam pembelajaran fiqih?
7. Jelaskan apa saja metode yang digunakan dalam
pembelajaran fiqih?
8. Jelaskan
langkah-langkah mangajarkan ibadah (fiqh) ?
9. Jelaskan
contoh langkah-langkah kegiatan
pembelajaran fiqh?
C. Tujuan
Pembahasan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan metode
pembelajaran fiqh.
2. Mengetahui apa saja prinsip-prinsif metode
mengajar.
3. Memahami faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
pemilihan metode.
4. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Strategi
pembelajaran fiqh.
5. Mengetahui apa saja langkah-langkah dalam menyusun
strategi pembelajaran efektif.
6. Memahami apa saja macam-macam strategi pembelajaran
yang digunakan dalam pembelajaran fiqih.
7. Memahami apa saja metode yang digunakan dalam
pembelajaran fiqih.
8. Mengetahui
langkah-langkah mangajarkan ibadah (fiqh).
9. Mengetahui dan memahami dari contoh langkah-langkah kegiatan
pembelajaran fiqh.
Pembahasan
A. Pengertian metode Pembelajaran Fiqih
Kata ‘metode’ berasal dari bahasa Yunani methodos yang berarti “cara atau
jalan”.didalam bahasa inggris disebut method
dan bahasa arab menterjemahkannya dengan thariqoh
dan manhaj. Didalam bahasa Indonesia
kata tersebut mengandung arti cara yang teratur dan berpikir baik-baik untuk
mencapai maksud atau cara kerja yang sitematis untuk memudahkan pelaksanaan
suatu kegiatan guna mencapai tujuian yang telah ditentukan. Jadi metode adalah
cara yang teratur dan berpikir baik-baik yang digunakan untuk memberikan
pelajaran kepada peserta didik.[1]
Metode berarti “cara”,
yakni cara mencapai sesuatu tujuan. Metode mengajar berarti cara mencapai
tujuan mengajar, yaitu tujuan-tujuan yang diharapkan tercapai oleh murid dalam
kegiatan belajar. Tujuan belajar yang dimaksud ialah dalam bentuk perubahan
tigkah laku yang diharapkan terjadi pada diri murid setelah melakukan kegiatan
belajar dari segi ini jelas bahwa peranan metode mengajar sangat menentukan.[2]
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses
untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.[3]
Menurut Bahasa
Fiqh Berarti faham atau tahu. Menurut istilah, fiqh berarti ilmu yang
menerangkan tentang hukum-hukum syara’ yang berkenaan dengan amal perbuatan
manusia yang diperoleh dari dalil-dali tafsil (jelas). Orang yang mendalami
fiqh disebut dengan faqih. Jama’nya adalah fuqaha, yakni orang-orang yang
mendalami fiqh.[4]
Dalam kitab
Durr al-Mukhtar disebutkan bahwa fiqh mempunyai dua makna, yakni menurut ahli
usul dan ahli fiqh. Masing-masing memiliki pengertian dan dasar sendiri-sendiri
dalam memaknai fiqh.
Menurut ahli
usul, Fiqh adalah ilmu yang menerangkan hukum-hukum shara’ yang bersifat
far’iyah (cabang), yang dihasilkan dari dalil-dalil yang tafsil (khusus,
terinci dan jelas). Tegasnya, para ahli usul mengartikan fiqh adalah mengetahui
fiqh adalah mengetahui hukum dan dalilnya.
Menurut para
ahli fiqh (fuqaha), fiqh adalah mengetahui hukum-hukum shara’ yang menjadi
sifat bagi perbuatan para hamba (mukallaf), yaitu: wajib, sunnah, haram, makruh
dan mubah.
Lebih lanjut,
Hasan Ahmad khatib mengatakan bahwa yang dimaksud dengan fiqh Islam ialah
sekumpulan hukum shara’ yang sudah dibukukan dari berbagai madzhab yang empat
atau madzhab lainnya dan dinukilkan dari fatwa-fatwa sahabat dan tabi’in, baik
dari fuqaha yang tujuh di madinah maupun fuqaha makkah, fuqaha sham, fuqaha
mesir, fuqaha Iraq, fuqaha basrah dan lain-lain.
Jadi, metode
pembelajaran fiqh adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang guru dalam
menyampaikan materi atau yang berkenaan dengan pembelajaran fiqh islam kepada
murid atau peserta didik dengan menggunakan berbagai cara sehingga tujuan dari
sebuah pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efesien.
B.
Prinsip-prinsip
metode mengajar
1.
Setiap
metode mengajar senantiasa bertujuan, artinya pemilihan dan pengunaan sesuatu
metode mengajar adalah berdasarkan pada tujuan yang hendak dicapaidan digunakan
untuk mencapai tujuan itu.
2.
Pemilihan
sesuatu metode mengajar, yang menyediakan kesempatan belajar bagi murid, harus
berdasarkan kepada keadaan murid, pribadi guru dan lingkungan belajar.
3.
Metode
mengajar akan dapat dilaksanakan secara lebih efektif apabila dibantu dengan
alat bantu mengajar atau audio visual.
4.
Di
dalam pengajaran tidak ada sesuatu metode mengajar yang dianggap paling baik
atu paling sempurna, metode yang baik apabila berhasil mencapai tujuan
mengajar.
5.
Setiap
metode mengajar dapat dinilai, apakah metode itu tepat atau tidak
serasi.Penilaian hasil belajar menentukan pula efisiensi dan efektifitasnya
sesuatu metode mengajar.
6.
Pengunaan
metode mengajar hendaknya bervaritas, artinya guru hendaknya menggunakan
berbagai ragam metode sekaligus. Sehingga murid berkesempatan melakukan
berbagai kegiatan belajar atau berbagai proses belajar, sehingga mengembangkan
berbagai aspek pola tingkah laku murid.[5]
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode
Untuk itu dalam memilih metode yangbaik pendidik harus memperhatikan hal-hal di bawah ini:
1. Faktor tujuan yang hendak dicapai atau kompetensi
yang harus dikuasai oleh peserta didik.
Sebagaimana
diketahui bahwa setiap proses pendidikan atau pembelajaran menargetkan tujuan
tertentu. Di dalam sistem pembelajaran tujuan merupakan komponen yang utama.
Segala aktivitas pendidik dan peserta didik, harus diupayakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Hal ini sangat penting karena mengajar adalah
proses yang memiliki tujuan. Adapun tujuan dalam pembelajaran ada
yang bersifat kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan mengetahui
perbedaan tujuan tersebut pendidik dapat memiliki gambaran yang jelas tentang
apa yang akan dicapainya sehingga dapat mempersiapkan media dan metode
pembelajaran yang akan digunakan dengan tepat.
Sedangkan
kompetensi, menurut R.M. Guion, sebagaimana dikutip Hamzah B.
Uno, adalah “kemampuan atau kompetensi sebagai karakteristik yang menonjol
bagi seseorang dan mengindikasikan cara-cara berperilaku atau berpikir, dalam
segala situasi dan berlangsung terus dalam periode waktu yang lama.”
Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa
suatu kemampuan merujuk pada kinerja seseorang dalam suatu pekerjaan
yang bisa dilihat dari pikiran, sikap dan perilakunya. Di dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu kurikulum operasional yang disusun oleh
dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan terdapat kompetensi yang
harus dimiliki oleh peserta didik meliputi kompetensi lulusan, kompetensi mata
pelajaran dan kompetensi dasar. Semua kompetensi tersebut harus pula
diperhatikan sebelum memilih metode. Oleh karenanya keberhasilan
suatu metode pembelajaran dapat ditentukan dari keberhasilan peserta didik
dalam mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi.
2.
Materi atau Bahan
Pembelajaran
Dalam menetapkan metode pembelajaran pendidik
hendaknya memperhatikan bahan pembelajaran yang akan disampaikan, baik isi,
sifat maupun cakupannya. Kemp dan Merril dalam Hamzah B.Uno
membedakan isi materi pembelajaran menjadi 4 jenis, yaitu fakta, konsep,
prosedur dan prinsip. Dengan perbedaan ini terlihat masing-masing jenis materi
sudah pasti memerlukan metode pembelajaran yang berbeda pula. Misalnya:
a.
Materi fakta berupa segala hal
yang berwujud kenyataan dan kebenaran. Contoh; mengingat nama suatu obyek,
simbol atau peristiwa dapat disampaikan dengan alternatif metode
seperti ceramah, tanya jawab, dan diskusi.
b.
Materi konsep berupa segala yang berwujud
pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi
definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti/isi, dan sebagainya, maka
alternatif metode yang dapat digunakan adalah metode diskusi kelompok atau resitasi.
c.
Materi prinsip berupa hal-hal utama, pokok,
dan posisi terpenting meliputi dalil, rumus, paradigma, serta hubungan
antarkonsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat, dapat digunakan
alternatif metode diskusi terpimpin, debat dan studi
kasus.
d.
Materi prosedur meliputi
langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu
aktivitas dan kronologi suatu sistem dengan alternatif metode yang
dapat digunakan adalah metode drill, demonstrasi, atau eksperimen.
Berdasarkan
perbedaan karakteristik materi pembelajaran tersebut, pendidik harus
mempertimbangkan dengan cermat dalam memilih metode, karena apabila di dalam
penyampaian materi digunakan metode yang efektif, maka
tujuan pembelajaran pun dapat dicapai secara mudah dan efektif pula.
3.
Faktor Peserta
Didik
Pembelajaran menaruh perhatian pada bagaimana
membelajarkan peserta didik tidak hanya pada apa yang dipelajarinya. Dengan
demikian, pembelajaran menempatkan peserta didik sebagai subjek bukan sebagai
objek. Maka dari itu, agar pembelajaran dapat mencapai hasil yang optimal,
pendidik perlu memahami karakteristik peserta didik karena beberapa metode
mengajar ada yang menuntut pengetahuan dan kecakapan serta kecekatan tertentu
dan sesuai dengan kemampuan perkembangan dan kepribadian para
peserta didik.
Peserta didik memiliki latar belakang
kecerdasan, bakat, minat, hobi, dan kecenderungan yang berbeda. Demikian pula,
perbedaan tingkat usia peserta didik menyebabkan terjadinya perbedaan sikap
kejiwaan. Keadaan yang demikian itu harus dipertimbangkan dalam pemilihan
metode pembelajaran.
Pendapat di atas menjelaskan pentingnya para
pendidik memahami karakteristik peserta didiknya dengan berbagai perbedaan.
Agar pembelajaran berjalan dengan efektif dan efisien maka dalam memilih metode
harus sesuai dengan tingkat kematangan, bakat, minat, kondisi dan gaya belajar
peserta didik. Dengan demikian tidaklah dibenarkan jika dalam melaksanakan
proses pembelajaran pendidik hanya menerapkan satu macam
metode tanpa memperhatikan kondisi peserta didiknya.
4.
Faktor Lingkungan
Lingkungan
merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan diterapkan suatu
metode. Wina Sanjaya menyatakan bahwa: Ada dua hal yang termasuk ke
dalam faktor lingkungan belajar, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan
psikologis. Lingkungan fisik meliputi keadaan dan kondisi sekolah, misalnya
jumlah peserta didik dalam kelas, laboratorium, perpustakaan, dan di
mana lokasi sekolah itu berada. Lingkungan psikologis adalah iklim sosial yang
ada di lingkungan sekolah itu misalnya keharmonisan hubungan antara pendidik
dengan pendidik, antara pendidik dengan kepala sekolah, keharmonisan antara
pihak sekolah dengan orang tua.
Berdasarkan
pendapat di atas terlihat bahwa adanya perbedaan pada lingkungan belajar. Hal
ini harus menjadi bahan pertimbangan dalam menetapkan metode pengajaran karena
lokasi tempat berlangsungnya suatu kegiatan pembelajaran sangat berpengaruh
terhadap pemilihan suatu metode. Suatu contoh sekolah yang berada dekat jalan
raya, terminal atau pasar yang bising tentu tidak akan efektif bila pendidik
hanya menerapkan metode ceramah semata.
5.
Faktor Fasilitas
Yang
termasuk dalam faktor fasilitas adalah alat atau media pembelajaran
dengan berbagai macamnya dan juga sumber belajar yang tersedia. Faktor ini
harus dipertimbangkan pula dalam pemilihan penerapan suatu metode, karena
setiap metode menghendaki alat dan sumber yang berbeda-beda. Pengaruh fasilitas
dalam pemilihan metode nyata dalam situasi di mana metode demonstrasi dan
eksperimen tidak dapat diterapkan karena tidak tersedianya alat-alat dan bahan
penunjangnya.
Seringkali
terjadi dalam kegiatan proses belajar-mengajar pendidik cenderung hanya
menggunakan metode ceramah bila tidak tersedia fasilitas penunjang yang
memungkinkan untuk diterapkan metode-metode lainnya. Hal ini disebabkan metode
ceramah tidak terlalu menuntut fasilitas yang banyak bila dibandingkan dengan
tuntutan metode lainnya seperti diskusi, demonstrasi dan eksperimen.
6.
Faktor Kesiapan
Pendidik
Menurut Wina Sanjaya “pendidik
merupakan komponen yang sangat menentukan dalam
implementasi strategi pembelajaran.” Hal ini berarti pendidik
dalam proses pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Pendidik harus
menguasai beraneka strategi dan metode mengajar yang menuntut
berbagai persyaratan tertentu yang perlu dipenuhi oleh pendidik. Persyaratan
itu di antaranya; ia harus mengerti tentang metode itu (misalnya jalannya
pengajaran serta kebaikan dan kelemahannya, situasi yang tepat di
mana metode itu efektif dan wajar) dan trampil menggunakan metode. Pendidik
yang kualitas berbahasanya kurang baik dan bersuara yang lirih tidak akan tepat
jika terlalu sering menggunakan metode ceramah. Begitu pula bila pendidik yang
tidak menguasai seluk beluk metode eksperimen dan metode Jigsaw tentunya juga
tidak dapat akan menggunakan metode tersebut dengan efektif dalam menyampaikan
materi pelajaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan setiap
metode menuntut wawasan, ketrampilan dan pengalaman pendidik yang akan
menerapkannya.
D. Strategi pembelajaran fiqh
Istilah strategi berasal dari Bahasa Yunani yakni strategos yang berarti keseluruhan
usaha, termasuk perencanaan, cara taktik yang digunakan militer untuk mencapai
kemenangan dalam perang, siasat perang.[6]
Dalam pengajaran, strategi mengajar adalah tindakan guru
melaksanakan rencana mengajar. Artinya usaha guru dalam menggunakan beberapa
variable pengajaran (tujuan, bahan, metode dan, alat serta evaluasi) agar dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian strategi mengajar pada dasarnya adalah
tindakan nyata dari guru dalam melaksanakan pengajaran melalui cara tertentu,
yang dinilai lebih efektif dan lebih efesien.[7] “Menurut Gerlach dan Ely bahwa strategi
pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode
pembelajaran dalam lingkungan pembelajarant tertentu”.[8]
Sementara itu, Kemp mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip
pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi
pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada
dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan
diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Menurut Anthony S. Jones
mengatakan bahwa strategi mengajar adalah “an Educational method for
turning knowledge into learning”. Yaitu metode pendidikan untuk
mengubah pengetahuan menjadi belajar.[9]
Dari beberapa pengertian strategi di atas dapat
disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih
dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran
sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi
pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir
kegiatan belajar.[10]
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk
mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan
kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something”
sedangkan metode adalah “a way in achieving something”.
Jadi,metode pembelajaran dapat diartikan sebagai
cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
E.
Langkah-langkah
dalam Menyusun Strategi Pembelajaran Efektif
Pengertian
strategi pembelajaran efektif adalah prinsip memilih hal-hal yang harus
diperhatikan dalam menggunakan strategi pembelajaran. Prinsip umum penggunaan
strategi pembelajaran adalah bahwa tidak semua strategi pembelajaran cocok
digunakan untuk mencapai semua tujuan dan semua keadaan. Setiap strategi
memiliki kekhasan sendiri-sendiri.
Apa
yang dikemukakan Killen itu jelas bahwa guru harus mampu memilih strategi yang
dianggap cocok dengan keadaan. Oleh sebab itu, guru perlu memahami
prinsip-prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran sebagai berikut.
1.
Guru
Guru adalah pelaku
pembelajaran, sehingga dalam hal ini guru merupakan faktor yang terpenting. Di
tangan gurulah sebenarnya letak keberhasilan pembelajaran. Komponen guru tidak
dapat dimanipulasi atau direkayasa oleh komponen lain, dan sebaliknya guru
mampu memanipulasi atau merekayasa komponen lain menjadi bervariasi.
Sedangkan komponen lain tidak dapat mengubah guru menjadi bervariasi. Tujuan
rekayasa pembelajaran oleh guru adalah membentuk lingkungan peserta didik
supaya sesuai dengan lingkungan yang diharapkan dari proses belajar peserta
didik, yang pada akhirnya peserta didik memperoleh suatu hasil belajar sesuai
dengan yang diharapkan. Untuk itu, dalam merekayasa pembelajaran, guru harus
berdasarkan kurikulum yang berlaku.
2.
Peserta Didik
Peserta
didik merupakan komponen yang melakukan kegiatan belajar untuk mengembangkan
potensi kemampuan menjadi nyata untuk mencapai tujuan belajar. Komponen peserta
ini dapat dimodifikasi oleh guru.
3.
Berorientasi pada
Tujuan
Segala
aktivitas guru dan peserta didik, mestinya diupayakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Ini sangat penting, sebab mengajar adalah proses yang
bertujuan. Oleh karena keberhasilan suatu strategi pembelajaran dapat
ditentukan dari keberhasilan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.
4.
Bahan
Pelajaran/Materi Pelajaran
Bahan
pelajaran merupakan medium untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berupa
materi yang tersusun secara sistematis dan dinamis sesuai dengan arah tujuan
dan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan tuntutan masyarakat. Menurut
Suharsimi (1990) bahan ajar merupakan komponen inti yang terdapat dalam
kegiatan pembelajaran.
5.
Kegiatan
pembelajaran
Agar
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal, maka dalam menentukan
strategi pembelajaran perlu dirumuskan komponen kegiatan pembelajaran yang
sesuai dengan standar proses pembelajaran.
6.
Alat atau Media
Alat
yang dipergunakan dalam pembelajran merupakan segala sesuatu yang dapat
digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran
alat memiliki fungsi sebagai pelengkap untuk mencapai tujuan. Alat dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu alat verbal dan alat bantu nonverbal. Alat verbal dapat
berupa suruhan, perintah, larangan dan lain-lain, sedangkan yang nonverbal
dapat berupa globe, peta, papan tulis slide dan lain-lain.
7.
Sumber Pembelajaran
Sumber
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat atau
rujukan di mana bahan pembelajaran bisa diperoleh. Sehingga sumber belajar
dapat berasal dari masyarakat, lingkungan, dan kebudayaannya, misalnya,
manusia, buku, media masa, lingkungan, museum, dan lain-lain.
8.
Aktivitas
Belajar
bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat;
memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena
itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas peserta didik.
9.
Individualitas
Mengajar
adalah usaha mengembangkan setiap individu peserta didik. Walaupun kita
mengajar pada sekelompok peserta didik, namun pada hakikatnya yang ingin kita
capai adalah perubahan perilaku setiap peserta didik.
10. Integritas
Mengajar
harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh pribadi peserta didik.
Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, tetapi juga
meliputi aspek afektif, dan psikomotorik.
F.
Macam-macam
Strategi Pembelajaran yang Digunakan dalam Pembelajaran Fiqih
Proses
pembelajaran memiliki keunikan tersendiri. Siswa yang menjadi bagian dari
sistem pembelajaran tidak hanya berperan sebagai obyek pendidikan, melainkan
berperan juga sebagai subyek pendidikan. Perlakuan terhadap siswa ini yang menjadikan
mereka bisa lebih mandiri dalam belajar, lebih aktif dan lebih punya
kreatifitas dalam mengembangkan materi yang telah disampaikan guru. Hal ini
mendorong terciptanya strategi dan metode pembelajaran secara aktif, guna
memberikan ruang yang cukup untuk perkembangan kemampuan dan kreatifitas siswa.
Adapun macam-macam strategi yaitu:
1.
Strategi
Ekspositoris
Strategi
pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada
proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekolompok
siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai meteri pelajaran secara optimal.
Strategi ini juga disebut strategi pembelajaran lansung.[11]
konsep
dan prinsip karena telah disajikan secara jelas oleh guru. Kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan ekspositori cenderung berpusat kepada guru.
Guru
aktif memberikan penjelasan atau informasi pembelajaran secara terperinci
tentang materi pembelajaran. Dalam pembelajaran agama islam strategi ini
merupakan strategi klasik yang sering digunakan oleh para pengajar Islam,
begitu pula dengan pelajaran fiqh. Dan motode yang tepat dan efsien dalam
sterategi ini ialah metode ceramah dimana metode ceramah merupakan metode yang
menegdepankan transfer of knowledge atau
penyampaian pengetahuan.
2.
Strategi
Inquiry
Strategi inquiry merupakan
rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan
siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,, logis, analitis
sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.[12]
Inquiry merupakan strategi
yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara
luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan
pertanyaan dan mencari jawaban sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu
dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang
ditemukan siswa lain. Siswa memiliki potensi untuk berbeda. Perbedaan siswa
terlihat dalam pola pikir, daya imajinasi, fantasi (pengandaian) dan hasil
karyanya. Karena itu, kegiatan pembelajaran fiqih perlu dipilih dan dirancang
agar memberi kesempatan dan kebebasan berkreasi secara berkesinambungan dalam
rangka mengembangkan kreatifitas siswa. Meotode yang bisa kita gunakan pada
strategi ini ialah metode pemberian tugas, metode drill eksperimen, metode
pemecahan masalah.
3.
Strategi
Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL) adalah konsep pembelajaran yang menekankan
pada keterkaitan antara materi pelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik
secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan
kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Melalui proses penerapan
kompetensi dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik akan merasakan pentingnya
belajar, dan mereka akan memperoleh makna yang mendalam terhadap apa yang
dipelajarinya.[13]
Contextual
Teaching and Learning yang umumnya disebut dengan pembelajaran
kontekstual merupakan suatu proses pembelajaran holistik yang bertujuan untuk
membelajarkan peserta didik dalam memahami bahan ajar secara bermakna (Meaningfull)
yang dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata, baik berkaitan dengan lingkungan
pribadi, agama, sosial, ekonomi maupun kultural. Sehingga peserta didik
memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dapat diaplikasikan dan
ditransfer dari satu konteks permasalahan yang satu ke permasalahan lainnya.[14]
Pembelajaran konstektual terfokus pada perkembangan ilmu, pemahaman
keterampilan siswa, dan juga pemahaman konstektual siswa tentang hubungan mata pelajaran
yang dipelajarinya dengan dunia nyata. Pembelajaran akan bermakna jika guru
lebih menekankan agar siswa mengerti relevansi apa yang mereka pelajari di
sekolah dengan situasi kehidupan nyata dimana isi pelajaran akan digunakan.[15]
Guru mengajar dalam pembelajaran
Fiqih dengan tujuan mengarahkan siswa dalam memahami, mengenal, menghayati dan
mengamalkan hukum Islam yang mengarah siswa supaya taat dan bertaqwa kepada
Allah SWT melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta pengalaman
siswa sehingga menjadi muslim yang selalu bertambah keimanannya kepada Allah
SWT.
Dalam strategi pembelajaran ini kita bisa gunakan metode ceramah yang diman
dalam menyamapaikan materi yang diberikan kita kaitkan kedunia nyata secara
langsung yang memungkin nantinya setelah penyampain materi peserta didik dapat
mengaplikasikan materi tersebut.
4.
Strategi
Pemecahan Masalah
Strategi
pembelajaran berbasis masalah dartikan sebagai rangakaian aktivitas
pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi
secara ilmiah. Artinya dalam strategi ini siswa tidak hanya dituntut untuk
mencatat, mendengarkan, menghafal pelajaran. Akan tetapi siswa dituntut untuk
berkomunikasi, berfikir kritis, mencari dan mengolah data yang akhirnya
memberikan kesimpulan. Aktivitas yang dilakukan diarahkan untuk menyelasikan
masalah. Dalam strategi ini, permasalahan merupakan kata kunci dalam
pembelajaran. Pemcahan masalah yang dilakukan dengan menggunakan berfikir
secara ilmiah secara sistematis dan empiris. Dalam strategi ini kita bisa kita
gunakan metode diskusi, metode drill ekperimen, metode pemberian tugas untuk
memecahkan masalah kita berikan kepada siswa.
G.
Metode yang
Digunakan dalam Pembelajaran Fiqih
Prinsip
metodologi pendidikan modern selalu menunjuk kepada aspek berganda. Satu aspek
menunjukkan proses anak belajar dan aspek lainnya menunjukkan aspek guru
mengajar dan mendidik. Oleh karena itu, sebelum memilih strategi yang tepat,
maka ada beberapa asas-asas dalam mengajar dan menididik, yaitu:
1.
Memperhatikan tingkat daya pikir anak didik
2.
Menerangkan pelajaran dengan cara yang
sejelas-jelasnya
3.
Mengajarkan ilmu pengetahuan dari yang
konkrit kepada yang abstrak
4.
Mengajarkan dengan cara berangsur-angsur
5.
Memberi tahu tujuan ilmu pengetahuan yang
dipelajari kepada anak didik
6.
Mengajarkan ilmu pengetahuan dari yang
sederhana kepada yang kompleks
7.
Memperhatikan sistematika pembahasannya dalam
mengajar
Banyak macam metode yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran islam yang juga relevan dengan pembelajaran fiqih, diantaranya:
metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode resitasi (pemberian
tugas), metode demonstrasi, metode pemecahan masalah (problem solving) metode
simulasi. Tidak ada metode mengajar yang lebih baik dari metode yang lain.
Tiap-tiap metode memiliki kelemahan dan kelebihan.
Dalam penerapannya tidak satu metode saja yang digunakan
dalam satu kali proses pembelajaran melainkan dapat digunakan dua, tiga atau
lebih, disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Semakin
bervariasi metode yang digunakan semakin menghidupkan suasana kelas bagi
siswa-siswi yang belajar.
Dalam pelajaran fiqih, seorang guru dapat memilih
beberapa metode yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan seperti materi
tentang berwudhu. Pada materi ini seorang guru fiqih bisa memakai metode
ceramah, metode kelompok, metode tanya jawab, demonstrasi atau metode yang
lainnya yang menurut guru fiqih bisa dipakai dan cocok dengan materi yang
disampaikan. Karena harus disadari oleh pendidik tidak semua metode cocok
dengan materi yang akan disampaikan.
1.
Metode ceramah
Metode
ceramah ialah cara menyampaikan sebuah materi pelajaran dengan cara penuturan
lisan kepada siswa atau khalayak ramai. Ini relevan dengan definisi yang
dikemukakan oleh Ramayulis, bahwa metode ceramah ialah “penerangan dan
penuturan secara lisan guru terhadap murid-murid diruangan kelas”. Zuhairini
mendefinisikan bahwa metode ceramah “adalah suatu metode di dalam pendidikan
dimana cara penyampaian materi-materi pelajaran kepada anak didik dilakukan
dengan cara penerangan dan penuturan secara lisan”.[16]
Metode
ceramah adalah teknik penyampaian pesan pengajaran yang sudah lazim dipakai
oleh para guru di sekolah. Ceramah diartikan sebagai suatu cara penyampaian
bahan secara lisan oleh guru dimuka kelas. Para murid sebagai penerima pesan,
mendengarkan, memeprhatikan, dan mencatat keterangan-keterangan guru bilamana
diperlukan.[17]
Metode
ini banyak dipilih guru karena mudah dilaksanakan dan tidak membutuhkan alat
bantu khusus serta tidak perlu merancang kegiatan siswa. Dalam pengajaran yang
menggunakan metode ceramah terdapat unsur paksaan. Dalam hal ini siswa hanya
diharuskan melihat dan mendengar serta mencatat tanpa komentar informasi
penting dari guru yang selalu dianggap benar itu. Padahal dalam diri siswa
terdapat mekanisme psikologis yang memungkinkannya untuk menolak disamping
menerima informasi dari guru. Inilah yang disebut kemampuan untuk mengatur dan
mengarahkan diri.
2.
Metode diskusi
Diskusi
adalah suatu kegiatan kelompok dalam memecahkan masalah untuk mengambil
kesimpulan. Diskusi tidak sama dengan berdebat. Diskusi selalu diarahkan kepada
pemecahan masalah yang menimbulkan berbagai macam pendapat dan akhirnya
diambil suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh anggota dalam kelompok.
Zuhairini,
Memberikan pengertian tentang metode diskusi secara umum sebagai salah satu
metoide interaksi edukatif diartikan sebagai metode didalam mempelajari
bahan atau penyampaian bahan pelajaran dengan jalan mendiskusikannya sehingga
menimbulkan pengertian, pemahaman, serta perubahan tingkah laku murid seperti
yang telah dirumuskan dalam tujuan instruksionalnya.[18]
Dalam
dunia pendidikan metode diskusi ini mendapat perhatian karena dengan diskusi
akan merangsang anak-anak untuk berfikir atau mengeluarkan pendapatnya sendiri.
Oleh karena itu metode diskusi bukanlah hanya percakapan atau debat biasa saja,
tapi diskusi timbul karena ada masalah yang memerlukan jawaban atau pendapat
yang bermacam-macam.
3.
Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah
salah satu tehnik mengajar yang dapat membantu kekurangan-kekurangan yang
terdapat pada metode ceramah. Ini disababkan karena guru dapat memperoleh
gambaran sejauh mana murid dapat mengertikan dan mengungkapkan apa yang telah
di ceramahkan.
Metode tanya jawab ialah
cara penyampaian pelajaran dengan jalan guru mengajukan pertanyaan dan murid
memberikan jawaban, atau sebaliknya murid yang mengajukan pertanyaan dan guru
yang memberikan jawaban.
Metode tanya jawab juga
dapat diartikan sebagai suatu metode di dalam pendidikan dan pengajaran di mana
guru bertanya sedangkan murid menjawab tentang bahan materi yang diperolehnya.
Metode tanya jawab
dapat digunakan oleh guru untuk menetapkan perkiraan secara umum apakah
anak didik yang mendapat giliran pertanyaan sudah memahami bahan pelajaran yang
diberikan. Metode tanya jawab juga diartikan sebagai metode mengajar dimana
seorang guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada beberapa murid tentang
pelajaran yang telah diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca sambil
memperhatikan proses berfikir diantara murid-murid.
4.
Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah
cara penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu proses kejadian. Metode
demonstrasi biasanya diaplikasikan dengan menggunakan alat-alat bantu
pengajaran seperti benda-benda miniatur, gambar,
perangkat alat-alat laboratorium dan lain-lain. Akan tetapi, alat demonstrasi
yang paling pokok adalah papan tulis dan white board, mengingat fungsinya yang
multi proses. Dengan menggunakan papan tulis guru dan siswa dapat menggambarkan
objek, membuat skema, membuat hitungan matematika, dan lain – lain peragaan
konsep serta fakta yang memungkinkan.
5.
Metode Sosio Drama
Sosiodrama
dimaksudkan adalah suatu cara mengajar dengan jalan mendramatisasikan bentuk
tingkah laku dalam hubungan social, metode bermain peranan, titik tekanannya
terletak pada keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu
situasi masalah yang secara nyata dihadapi. Menurut Abdurrahman Shaleh metode
sosio drama dan bermain peran adalah dua metode yang dikatakan bersama dan
dalam penggunaannya sering digunakan silih berganti.
6.
Metode Resitasi
Adapun pengertian lain dari
metode resitasi adalah cara menyajikan bahan pelajaran di mana guru memberikan
sejumlah tugas terhadap murid-muridnya untuk mempelajari sesuatu, kemudian
mereka disuruh untuk mempertanggungjawabkan. Tugas yang diberikan oleh guru
bisa berbentuk memperbaiki, memperdalam, mengecek, mencari informasi, atau
menghafal pelajaran yang akhirnya membuat kesimpulan tertentu. Buku “pengantar
ilmu dan metodologi pendidikan islam.
Metode pemberian tugas
belajar (resitasi) sering disebut metode pekerjaan rumah, adalah metode di mana
murid diberi tugas khusus di luar jam pelajaran. Dalam pelaksanaan metode ini
anak-anak dapat mengejakan tugasnya tidak hanya di rumah, tapi dapat dikerjakan
juga di perpustakaan, di laboratorium, di ruang-ruang praktikum dan lain
sebagainya untuk dapat dipertanggungjawabkan kepada guru.
H.
Langkah-langkah mangajarkan Ibadah (fiqh)
Guru
dapat mengikuti langkah-langkah berikut[19]:
1.
Pendahuluan: guru mengadakan apersepsi antara
pelajaran yang telah lalu dengan pelajaran yang akan diajarkan, guna
mengarahkan pikiran murid-murid terhadap pelajaran baru.
2.
Penyajian: Guru menguraikan pelajaran baru
secara praktis jika pelajaran itu menghendaki praktik. Seperti pelajaran wadlu
dan shalat, umpamanya. Kemudian murid-murid membaca pelajaran itu dalam buku
bacaan sekolah. Guru menuntun perhatian mereka kepada hal-hal yang penting dan
menuliskan secara teratur dipapan tulis.
3.
Menghubungkan pelajaran baru dengan
pengetahuan yang telah mereka ketahui dan dengan realita kehidupan mereka.
4.
Kesimpulan: guru menarik kesimpulan melalui
diskudis yang matang terhadap hokum-hukum syara’ yang ada dan perlu diketahui
anak. Membimbing perhatian mereka dalam cara menarik kesimpulan pelajaran.
5.
Ulangan dan latihan. Ulangan dan latihan
dapat ditempuh melaui diskusi atau mengajukan kembali pertanyaan yang dapat
menyempurnakan pemahaman mereka dengan tekanan pada keaktifan muri-murid
berdiskusi dan menarik kesimpualan.
I.
Contoh Langkah-Langkah Kegiatan
Pembelajaran fiqh
1. Pendahuluan
a.
Deskripsi Singkat
Materi tentang Rukun Islam
Rukun Islam wajib dilaksankan oleh
seluruh umat islam. Rukun islam ada 5, yaitu:
1)
Syahadat
Syahadat terbagi 2: syahadat tauhid
dan syahadat rosul. Bacaaan syahadat Tauhid“Asyhadu ala ilaaha ilalloh”, sedang bacaan syahadat rosul “Asyhadu anna muhammdarrosululloh”. Ketika membaca syahadat
harus di yakini di dalam hati.
2)
Shalat
Shalat wajib dilaksanakn oleh
seluruh kaum muslim dan muslimah. Shalat 5 waktu dalam sehari, yaitu dzuhur,
ashar, maghrib dan isya. Siapa yang tidak melaksanakan shalat hukumnya dosa dan
orang yang melaksanakn shalat akan mendapat pahala.
3)
Zakat
Zakat terbagi 2: zakat fitrah dan
zakat mal (harta). Zakat di berikan kepada orang yang berhak menerima zakat
yaitu ada 8: amilin, gorimin, ibnu sabil, sabilillah, fakir, miskin, mu’alaf,
dan orang yang dalam perjalanan.
4)
Puasa
Puasa adalah menahan diri dari
segala yang membatalkannya, dari mulai terbit fajar sampai terbenam matahari.
Puasa di bulan ramadhan hukumnya wajib, sebagaimana perintah Alloh SWT dalam
surat Al-Baqoroh.
5)
Menunaikan
Ibadah Haji
Ibadah haji wajib dilaksanakan bagi
orang yang mampu, baik fisik maupun kesehatannya. Ibadah haji dilaksanakan
tiada lain untuk ibadah kepada Allah.
b.
Relevansi
Materi
tentang Rukun Islam sangat baik dan sesuai di jelaskan untuk Sekolah Dasar
Kelas 1. Dimana materi tentang rukun islam ini, banyak berkaitan dengan aqidah
yang harus diterapkan oleh guru terhadap peserta didik dalam kehidupan
sehari-harinya. Di kelas rendah, khususnya Kelas 1 sangat mudah dalam menerima
pelajaran karena perkembangan otaknya masih berjalan dengan lancar. Karena
mudah dalam menerima pelajaran, mengenai materi tentang rukun islam ini,
dituntut seorang guru harus benar-benar memberikan pengajarannya dan
penjelasnnya dengan baik. Supaya peserta didik tidak salah dalam
menerapakannya.[20]
Misalnya
sub materi tentang sahalat, guru harus menjelaskannya terlebih dahulu apa
pengertian dari shalat, kemudian guru mempraktekan kepada anak tata cara shalat
dan menjelasakan manfaat dari shalat itu sendiri, sampai siswa merasa wajib
akan melaksanakan shalat.
Satu
persatu materi tentang rukun islam dijelaskan kepada siswa. Dengan berbagai
metode dapat dilakukan oleh guru, sehingga siswa mampu menerima apa yang
dijelaskan oleh guru dan melaksankannya dalam kehidupan sehari-hari.
c.
Tujuan/Kompetensi
Tujuan/Kompetensi yang diharapkan
dari siswa, tentang materi pembelajaran Rukun Islam, yaitu di antaranya:
1.
Siswa
mampu mengetahui tentang rukun islam
2.
Siswa diharapkan
dapat mengamalkan dan melaksanakan semua rukun islam yang 5 dalam kehidupan
sehari-hari
3.
Siwa
harus sampai merasa yakin bahwa semua yang di perintahkan Alloh itu wajib dan
harus dilaksanakan
Hal-hal yang berkaitan dengan
kegiatan inti diantaranya:
a.
Guru
menjelaskan materi pembelajaran tentang rukun islam kepada siswa
b.
Guru
membagikan materi supaya siswa membacanya
c.
Guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang kurang di
pahami oleh siswa
d.
Guru
membagikan kartu kapada setiap siswa, didalam kartu tersebut terdapat nama
siswa, sub materi dan nama pasangan siswa, yang harus diisi oleh setiap siswa.
e.
Setelah
membagikan kartu, guru memberi penjelasan tentang metode yang akan di mainkan
(take and give).
f.
Siswa
disuruh mengahafal tentang sub materi yang telah di berikan oleh guru sesuai
kartu yang di pegang, kurang lebih selama 5 menit.
g.
Setelah
itu, seluruh siswa di suruh berdiri dan mencari pasangan yang berbeda sub
materi, yang tadi di bagikan oleh guru.
h.
Setelah
mendapatkan pasangan, siswa di suruh bertukar informasi kepada pasangannya
tentang materi yang dihafalkan.
i.
Kemudian
guru memanggil beberapa orang dari siswa, untuk menjelaskan informasi apa yang
di dapat dari teman pasangannya di depan kelas dan siswa yang lain
memperhatikan.
j.
Terakhir
guru mengulang kembali secara ringkas tentang materi yang disampaikan, supaya
siswa lebih memahaminya
3.
Penutup
Materi
rukun islam, merupakan materi yang paling pas dan baik di berikan kepada anak
Sekolah Dasar Kelas 1, karena banyak berkaitan dengan ibadah mahdoh dan ghoiru mahdoh dalam kehidupan sehari-hari. Supaya anak
mengetahui tentang materi tersebut, maka harus di berikan contoh yang riil
dalam kehidupannya.
Tujuan
dari materi ini, tiada lain supaya siswa mampu mengetahui tentang rukun islam
dan diharapkan siswa dapat mengamalkan serta melaksanakan semua rukun islam
yang lima dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam
memberikan materi tentang rukun islam, bisa dilakukan dengan menggunakan metode
take and give dalam pembelajaran. Dengan menggunakan metode ini, anak mampu
berfikir dan mengahafal materi dengan waktu yang relatif singkat.
Kesimpulan
Dari
pembahasan diatas, dapat kita simpulkan bahwa metode merupakan suatu cara yang
ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Metode mengajar atau metode pembelajaran
fiqh adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang guru dalam menyampaikan
materi atau yang berkenaan dengan pembelajaran fiqh islam kepada murid atau
peserta didik dengan menggunakan berbagai cara sehingga tujuan dari sebuah
pendidikan khususnya dalam menyampaikan materi fiqh tersebut dapat tercapai
secara efektif dan efesien.
Untuk
menentukan metode mengajar dalam pembelajaran fiqh seorang guru setidaknya
mengatahui dan memahami apa saja prinsip-prinsip metode tersebut sehingga dari
setiap metode yang digunakan nantinya berhasil secara maksimal serta mengetahui
factor-faktor yang mempengaruhi dalam memilih metode juga harus diperhatikan
atau dipertimbangkan secara mendalam sehingga metode yang kita pilih nantinya
efesien antara metode dan materi dapat berkorelasi secara maximum.
Metode yang
kita gunakan atau yang kita telah pilih tidak dapat berjalan secara lancar
dalam penerapan apabila strategi yang kita gunakan bertentangan dengan metode.
Adapun Langkah-langkah
dalam mangajarkan Ibadah (fiqh) Guru dapat mengikuti langkah-langkah berikut: Pendahuluan:
guru mengadakan apersepsi antara pelajaran yang telah lalu dengan pelajaran
yang akan diajarkan. Penyajian: Guru menguraikan pelajaran baru secara praktis
jika pelajaran itu menghendaki praktik. Menghubungkan pelajaran baru dengan
pengetahuan yang telah mereka ketahui dan dengan realita kehidupan mereka. Kesimpuan:
guru menarik kesimpulan melalui diskusi yang matang terhadap hukum-hukum syara’
yang ada dan perlu diketahui anak. Membimbing perhatian mereka dalam cara
menarik kesimpulan pelajaran. Ulangan dan latihan. Ulangan dan latihan dapat
ditempuh melaui diskusi atau mengajukan kembali pertanyaan yang dapat
menyempurnakan pemahaman mereka dengan tekanan pada keaktifan muri-murid
berdiskusi dan menarik kesimpualan.
Daftar Pustaka
Abd. Kadir Ahmad, Muhammad. 2008. Metodologi pengajaran islam. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arief,
Armai. 2002 Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam.
Jakarta: Ciputat Pers.
Aziz, Erwati. 2003. Prinsip-prinsip pendidikan islam. Solo: Tiga Serangkai
Departemen
Agama RI. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: LAPIS-PGMI.
E.
Mulyasa. 2005. Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: PT Remaja
Rosda karya.
Hamalik, Oemar. 1989. Pengajaran
Unit Pendekatan Sistem. Bandung: CV.Mandar Maju.
https://id-id.facebook.com/notes/belajar-fiqih-islam/pengertian-fiqh-dan-sejarah perkembangannya/10150578829761520
Hamzah
B. Uno. 2009. Model Pembelajaran
(Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif). Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Hanafiah,
Nanang dan Cucu Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung:
Refika Aditama.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran
M.
Suabana, dkk. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung:
Pustaka Setia.
Sudjana,
Nana. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Sinar Baru
Algesindo.
Sumiati
dan Asra. 2008. Metode Pembelajaran. Bandung: CV.
Kencana Permata.
Trianto.
2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta:
Kencana.
Usman,
Basyiruddin. 2002. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta:
Ciputat Pers.
Werkanis
dan Marlius Hamadi. 2003. Strategi Mengajar (dalam Pelaksanaan Proses
Belajar Mengajar di Sekolah). Pekanbaru: Pemerintah Daerah Provinsi Riau
Dinas Pendidikan Nasional.
Zuhairini
dan Abdul Ghofir. 2004. Metodologi Pembelajaran. Malang: UM PRESS.
[2] Oemar Hamalik, Pengajaran Unit Pendekatan Sistem,
(Bandung: Mandar Maju, 1989), hlm.98.
[3]
http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran
[4]https://id-id.facebook.com/notes/belajar-fiqih-islam/pengertian-fiqh-dan-sejarah
perkembangannya/10150578829761520
[7] Nana Sudjana, Dasar-dasar
Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Sinar Baru Algesindo, 2000),
hlm. 147.
[8] Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran (Menciptakan
Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif), (Jakarta: PT. Bumi
Aksara: 2009), hlm. 1.
[9] Werkanis dan Marlius Hamadi, Strategi
Mengajar (dalam Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar di Sekolah), (Pekanbaru:
Pemerintah Daerah Provinsi Riau Dinas Pendidikan Nasional, 2003), hlm. 10.
[14] Nanang Hanafiah, dan Cucu
Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung: Refika Aditama,
2009), hlm. 67.
[16]
Armai Arief, Pengantar
Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm.
135-136.
[17] Basyiruddin
Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat
Pers, 2002), hlm. 34.
[19] Muhammad abd. Kadir Ahmad, Metodologi pengajaran islam, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2008), hlm.158.
[20]
http://fdj-indrakurniawan.blogspot.com/2012/05/makalah-pembelajaran-dalam-sebuah-teori.html
[21] Ibid.,
penjelasan yang maksimal
BalasHapus