Senin, 20 Oktober 2014

RPP KTSP

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
( RPP )
Sekolah                       : SMP N 43 Palembang
Mata pelajaran          : Pendidikan Agama Islam (P.A.I)
Kelas / semester         : VIII / 1
Alokasi waktu            : 4 X 45 menit (2x pertemuan)
A.    Standard Kompetensi
1.      Meningkatkan keimanan kepada kitab-kitab allah swt.
Memahami iman kepada kitab-kitab allah.
B.     Kompetensi dasar
1.1  Menjelaskan pengertian beriman kepada kitab-kitab allah swt.
1.2  Memahami nama-nama kitab-kitab allah swt yang diturunkan kepada para rasul serta dalilnya
1.3   Menampilkan sikap mencintai al-qur’an sebagai kitab allah.
1.4  Mengetahui isi pokok dari tiap kitab allah yang diturunkan kepada para rasul.
1.5  Mengetahui cara cara beriman kepada kitab allah sebelum al-Qur’an dan beriman kepada al-Qu’an.
1.6  Mengetahui fungsi iman kepada kitab allah.
C.    Indikator
·          Menjelaskan pengertian beriman kepada kitab-kitab allah swt.
·         Menyebutkan nama-nama kitab allah yang wajib kita imankan.
·         Menyebutkan dalil dari setiap kitab yang diturunkan allah kepada para rasul.
·         memasangkan nama-nama kitab allah yang diturunkan kepada para rasul serta dalilnya.
·         Menjelaskan isi pokok dari tiap kitab allah yang diturun kepada para rasul, yakni isi pokok taurat, zabur, injil, al-Qur’an.
·         Menjelaskan cara beriman kepada kitab-kitab sebelum al-Qur’an dan cara beriman kepada al-Qur’an.
·          memahami fungsi beriman kepada kitab allah.
·         menampilkan rasa cintanya kepada al-qur’an sebagai kitab allah.




D.    Tujuan pembelajaran
·         Siswa mampu menjelaskan pengertian beriman kepada kitab-kitab allah.
·         Siswa mampu memahami dan menghubungkan nama-nama kitab allah yang diturunkan kepada para rasul serta dalil-dalilnya.
·         Siswa mampu menyebutkan nama-nama kitab allah yang wajib kita imankan.
·         Siswa mampu menyebutkan dalil dari setiap kitab yang diturunkan allah kepada para rasul.
·         Siswa mampu menjelaskan isi pokok dari tiap kitab allah yang diturun kepada para rasul, yakni isi pokok taurat, zabur, injil, al-Qur’an.
·         Siswa mampu menjelaskan cara beriman kepada kitab-kitab sebelum al-Qur’an dan cara beriman kepada al-Qur’an.
·         Siswa mampu memahami fungsi beriman kepada kitab allah.
·         Siswa mampu menampilkan rasa cintanya kepada al-qur’an sebagai kitab allah
E.     Materi pembelajaran
·         Iman kepada kitab-kitab allah swt
1.      Pengertian iman kepada kitab-kitab allah.
2.      Menyebutkan nama-nama kitab-kitab allah.
3.      Kitab-kitab allah sebagai petunjuk bagi manusia.
4.      Al- Quran sebagai kitab suci umat islam.
F.     Metode pembelajaran
·         Metode ceramah
·         Metode diskusi
·         Metode short card
·         Metode penugasan
G.    Kegiatan Pembelajaran
1.      Kegiatan awal ( pembukaan/ apersepsi)
·         Memulai dengan salam, berdoa dan mengabsen siswa.
·         Mengadakan apersepsi, mengajukan pertanyaan tentang pengertian iman kepada kitab-kitab allah.
·         Mengadakan motivasi, membangkitkan dan menumbuhkan kesadaran siswa bahwa pentingnya beriman kepada kitab-kitab allah.
·         Meminta siswa menyiapkan buku pelajarannya.




2.      Kegiatan inti
·         Eksplorasi: Guru meminta masing–masing membaca buku fiqh tentang beriman kepada kitab-kitab allah.
·         Konfirmasi: guru meminta beberapa siswa untuk mengemukakan pengertian beriman kepada kitab-kitab allah.
·         Elaborasi: guru menjelaskan keseluruhan materi kepada siswa tentang beriman kepada kitab-kitab allah.
·         Eksplorasi: guru membagi siswa menjadi beberpa kelompok.
·         Eksplorasi: guru memberikan kartu kecil (potongan kartu kecil warna-warni bertuliskan nama rasul, kitab dan dalil diturunnya kitab tersebut).
·         Elaborasi: guru meminta siswa mencocokan atau mengkorelasikan nama rasul yang menerima kitab dengan kitab nya dan dalil nya secara benar di papan tulis berdasarkan kartu kecil yang telah dibagikan kepada siswa (kelompok).
·         Konfirmasi: guru mengoreksi pekerjaan kelompok tersebut
·         Konfirmasi: guru melakukan tanya jawab kepada siswa tentang beriman kepada kitab-kitab allah.
3.      Kegiatan penutup
·         Guru melontarkan pertanyaan kepada siswa tentang materi beriman kepada kitab-kitab allah.
·         Siswa menyalin kesimpulan dalam buku catatan masing-masing.
·         Guru memberikan motivasi kepada siswa.
·         Guru memberikan tugas kepada siswa.
·         Bersama-sama guru dan murid mengucapkan salam.
H.    Alat/ sumber belajar
·         Buku paket Pendidikan agama islam jilid 2 untuk smp kelas VIII “ ayo belajar agama islam” penerbit erlangga, halaman 7-16.
·         Potogan kertas  ( karton/ kartu kecil) warna warni

















I.       Penilaian

Indikator pencapaian kompetensi
Teknik penilaian
Bentuk penilaian
Contoh instrumen
Siswa dapat menjelaskan pengertian beriman kepada kitab-kitab allah.
Tes tulis
Uraian
Apa pengertian beriman kepada kitab-kitab allah?
Siswa dapat memahami  nama-nama kitab allah yang diturunkan kepada para rasul serta dalilnya.
Tes tulis
Uraian
Sebutkan macam-macam kitab allah yang wajib kita imani serta dalinya dan rasul yang menerima kitab tersebut?
Siswa mengetahui isi pokok dari tiap kitab allah yang diturunkan kepada para rasul.

Tes tulis
Uraian
Jelaskan isi pokok dari tiap kitab allah yang diturunkan kepada para rarul?
Siswa mengetahui cara-cara beriman kepada kitab allah sebelum al-Qur’an dan beriman kepada al-Qu’an.

Tes tulis
Uraian
Sebutkan bagaima cara beriman kepada kitab-kitab allah sebelum al-Qur’an dan bagaimana cara beriman kepada al-Qur’an.
Siswa dapat memahami fungsi beriman kepada kitab allah.

Tes tulis
Uraian
Jelaskan fungsi dari beriman kepada kitab-kitab allah?

                                                                                                Palembang, Senin 3Juli 2014
Mengetahui kepala sekolah,                                                                Guru bidang studi


(………………………………)                                                          (…………………………….)

NIP.                                                                                                    NIP.

Rabu, 08 Oktober 2014

metode pembelajaran fiqih

Pendahuluan
A.    Latarbelakang
Pendidikan adalah suatu alat untuk mencapai tujuan atau cita-cita seseorang. Metode adalah cara untuk mempermudah dalam pencapian suatu tujuan. Fiqh adalah ilmu yang membahas tentang hukum-hukum syara’ yang berkenaan dengan amal permuatan berdasarkan dalil-dalil. Dalam pelaksanaan pendidikan khususnya dalam suatu kegaiatan belajar mengajar pembelajaran fiqh baik disekolah maupun dimadrasah seorang guru dalam menyampaikan materi pembelajaran yang akan diberikan kepada anak didik atau siwa sering kali ditemui bahwa guru tersebut mengalami kesulitan baik dalam memilih, menetapkan, serta menerapkan metode tersebut kedalam proses belajar-mengajar.
 Untuk itu kami selaku pemakalah kali ini akan membahas tentang bagaimana penerapan metode pembelajaran fiqh, hal-hal apa yang harus diperhatikan dalam memlilih metode, metode yang digunakan dalam pembelajaran fiqh, serta strategi apa saja dalam pembelajaran fiqh yang tepat dan efektif dalam menerapkan metode tersebut sehingga nantinya proses pembelajaran tersebut dapat tercapai tujuan yang diinginkan. Jika suatu metode sudah ditentukan kita juga memerlukan suatu strategi untuk menjalankan atau menjadi langkah suatu metode tersebut sehingga penerapan metode tersebut berjalan lancar.








B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan metode pembelajaran fiqh?
2.      Apa saja prinsip-prinsif metode mengajar?
3.      Jelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pemilihan metode?
4.      Jelaskan apa yang dimaksud dengan Strategi pembelajaran fiqh?
5.      Jelaskan apa saja langkah-langkah dalam menyusun strategi pembelajaran efektif?
6.      Jelaskan apa saja macam-macam strategi pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran fiqih?
7.      Jelaskan apa saja metode yang digunakan dalam pembelajaran fiqih?
8.      Jelaskan langkah-langkah mangajarkan ibadah (fiqh) ?
9.      Jelaskan contoh langkah-langkah kegiatan pembelajaran fiqh?
C.    Tujuan Pembahasan
1.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan metode pembelajaran fiqh.
2.      Mengetahui apa saja prinsip-prinsif metode mengajar.
3.      Memahami faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pemilihan metode.
4.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan Strategi pembelajaran fiqh.
5.      Mengetahui apa saja langkah-langkah dalam menyusun strategi pembelajaran efektif.
6.      Memahami apa saja macam-macam strategi pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran fiqih.
7.      Memahami apa saja metode yang digunakan dalam pembelajaran fiqih.
8.      Mengetahui langkah-langkah mangajarkan ibadah (fiqh).
9.      Mengetahui dan memahami dari contoh langkah-langkah kegiatan pembelajaran fiqh.









Pembahasan
A.    Pengertian metode Pembelajaran Fiqih
Kata ‘metode’ berasal dari bahasa Yunani methodos yang berarti “cara atau jalan”.didalam bahasa inggris disebut method dan bahasa arab menterjemahkannya dengan thariqoh dan manhaj. Didalam bahasa Indonesia kata tersebut mengandung arti cara yang teratur dan berpikir baik-baik untuk mencapai maksud atau cara kerja yang sitematis untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuian yang telah ditentukan. Jadi metode adalah cara yang teratur dan berpikir baik-baik yang digunakan untuk memberikan pelajaran kepada peserta didik.[1]
Metode berarti “cara”, yakni cara mencapai sesuatu tujuan. Metode mengajar berarti cara mencapai tujuan mengajar, yaitu tujuan-tujuan yang diharapkan tercapai oleh murid dalam kegiatan belajar. Tujuan belajar yang dimaksud ialah dalam bentuk perubahan tigkah laku yang diharapkan terjadi pada diri murid setelah melakukan kegiatan belajar dari segi ini jelas bahwa peranan metode mengajar sangat menentukan.[2]
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.[3]
Menurut Bahasa Fiqh Berarti faham atau tahu. Menurut istilah, fiqh berarti ilmu yang menerangkan tentang hukum-hukum syara’ yang berkenaan dengan amal perbuatan manusia yang diperoleh dari dalil-dali tafsil (jelas). Orang yang mendalami fiqh disebut dengan faqih. Jama’nya adalah fuqaha, yakni orang-orang yang mendalami fiqh.[4]
Dalam kitab Durr al-Mukhtar disebutkan bahwa fiqh mempunyai dua makna, yakni menurut ahli usul dan ahli fiqh. Masing-masing memiliki pengertian dan dasar sendiri-sendiri dalam memaknai fiqh.
Menurut ahli usul, Fiqh adalah ilmu yang menerangkan hukum-hukum shara’ yang bersifat far’iyah (cabang), yang dihasilkan dari dalil-dalil yang tafsil (khusus, terinci dan jelas). Tegasnya, para ahli usul mengartikan fiqh adalah mengetahui fiqh adalah mengetahui hukum dan dalilnya.
Menurut para ahli fiqh (fuqaha), fiqh adalah mengetahui hukum-hukum shara’ yang menjadi sifat bagi perbuatan para hamba (mukallaf), yaitu: wajib, sunnah, haram, makruh dan mubah.
Lebih lanjut, Hasan Ahmad khatib mengatakan bahwa yang dimaksud dengan fiqh Islam ialah sekumpulan hukum shara’ yang sudah dibukukan dari berbagai madzhab yang empat atau madzhab lainnya dan dinukilkan dari fatwa-fatwa sahabat dan tabi’in, baik dari fuqaha yang tujuh di madinah maupun fuqaha makkah, fuqaha sham, fuqaha mesir, fuqaha Iraq, fuqaha basrah dan lain-lain.
Jadi, metode pembelajaran fiqh adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang guru dalam menyampaikan materi atau yang berkenaan dengan pembelajaran fiqh islam kepada murid atau peserta didik dengan menggunakan berbagai cara sehingga tujuan dari sebuah pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efesien.
B.     Prinsip-prinsip metode mengajar
1.      Setiap metode mengajar senantiasa bertujuan, artinya pemilihan dan pengunaan sesuatu metode mengajar adalah berdasarkan pada tujuan yang hendak dicapaidan digunakan untuk mencapai tujuan itu.
2.      Pemilihan sesuatu metode mengajar, yang menyediakan kesempatan belajar bagi murid, harus berdasarkan kepada keadaan murid, pribadi guru dan lingkungan belajar.
3.      Metode mengajar akan dapat dilaksanakan secara lebih efektif apabila dibantu dengan alat bantu mengajar atau audio visual.
4.      Di dalam pengajaran tidak ada sesuatu metode mengajar yang dianggap paling baik atu paling sempurna, metode yang baik apabila berhasil mencapai tujuan mengajar.
5.      Setiap metode mengajar dapat dinilai, apakah metode itu tepat atau tidak serasi.Penilaian hasil belajar menentukan pula efisiensi dan efektifitasnya sesuatu metode mengajar.
6.      Pengunaan metode mengajar hendaknya bervaritas, artinya guru hendaknya menggunakan berbagai ragam metode sekaligus. Sehingga murid berkesempatan melakukan berbagai kegiatan belajar atau berbagai proses belajar, sehingga mengembangkan berbagai aspek pola tingkah laku murid.[5]

C.     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode 
Untuitdalamemilimetodyangbaipendidik harus memperhatikahal-hal dbawah ini:
1.      Faktor tujuan yang hendak dicapai atau kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik.
Sebagaimana diketahui bahwa setiap proses pendidikan atau pembelajaran menargetkan tujuan tertentu. Di dalam sistem pembelajaran tujuan merupakan komponen yang utama. Segala aktivitas pendidik dan peserta didik, harus diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hal ini sangat penting karena mengajar adalah proses yang  memiliki tujuan. Adapun tujuan dalam pembelajaran ada yang bersifat kognitif, afektif dan psikomotorik.  Dengan mengetahui perbedaan tujuan tersebut pendidik dapat memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang akan dicapainya sehingga dapat mempersiapkan media dan metode pembelajaran yang akan digunakan dengan tepat.
Sedangkan kompetensi, menurut R.M. Guion, sebagaimana dikutip  Hamzah B. Uno, adalah “kemampuan atau kompetensi sebagai karakteristik yang menonjol bagi seseorang dan mengindikasikan cara-cara berperilaku atau berpikir, dalam segala situasi dan berlangsung terus dalam periode waktu yang lama.”


Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa suatu  kemampuan merujuk pada kinerja seseorang dalam suatu pekerjaan yang bisa dilihat dari pikiran, sikap dan perilakunya. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan terdapat kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik meliputi kompetensi lulusan, kompetensi mata pelajaran dan kompetensi dasar. Semua kompetensi tersebut harus pula diperhatikan  sebelum memilih metode. Oleh karenanya keberhasilan suatu metode pembelajaran dapat ditentukan dari keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi.
2.      Materi atau Bahan Pembelajaran
Dalam menetapkan metode pembelajaran pendidik hendaknya memperhatikan bahan pembelajaran yang akan disampaikan, baik isi, sifat maupun cakupannya. Kemp dan Merril dalam  Hamzah B.Uno membedakan isi materi pembelajaran menjadi 4 jenis, yaitu fakta, konsep, prosedur dan prinsip. Dengan perbedaan ini terlihat masing-masing jenis materi sudah pasti memerlukan metode pembelajaran yang berbeda pula. Misalnya:
a.       Materi fakta  berupa segala hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran. Contoh; mengingat nama suatu obyek, simbol atau peristiwa dapat disampaikan dengan alternatif metode seperti ceramah, tanya jawab, dan diskusi.
b.      Materi konsep berupa segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti/isi, dan sebagainya, maka alternatif metode yang dapat digunakan adalah metode diskusi kelompok atau resitasi.
c.       Materi prinsip berupa hal-hal utama, pokok, dan posisi terpenting meliputi dalil, rumus, paradigma, serta hubungan antarkonsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat, dapat digunakan alternatif metode  diskusi terpimpin, debat  dan studi kasus.

d.      Materi prosedur  meliputi langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem  dengan alternatif metode yang dapat digunakan adalah metode drill, demonstrasi, atau eksperimen.
Berdasarkan perbedaan karakteristik materi pembelajaran tersebut, pendidik harus mempertimbangkan dengan cermat dalam memilih metode, karena apabila di dalam penyampaian materi digunakan  metode yang efektif,  maka tujuan pembelajaran pun  dapat dicapai secara mudah dan efektif pula.
3.      Faktor Peserta Didik
Pembelajaran menaruh perhatian pada bagaimana membelajarkan peserta didik tidak hanya pada apa yang dipelajarinya. Dengan demikian, pembelajaran menempatkan peserta didik sebagai subjek bukan sebagai objek. Maka dari itu, agar pembelajaran dapat mencapai hasil yang optimal, pendidik perlu memahami karakteristik peserta didik karena beberapa metode mengajar ada yang menuntut pengetahuan dan kecakapan serta kecekatan tertentu dan sesuai dengan kemampuan  perkembangan dan kepribadian para peserta didik.
Peserta didik memiliki latar belakang kecerdasan, bakat, minat, hobi, dan kecenderungan yang berbeda. Demikian pula, perbedaan tingkat usia peserta didik menyebabkan terjadinya perbedaan sikap kejiwaan. Keadaan yang demikian itu harus dipertimbangkan dalam pemilihan metode pembelajaran.
Pendapat di atas menjelaskan pentingnya para pendidik memahami karakteristik peserta didiknya dengan berbagai perbedaan. Agar pembelajaran berjalan dengan efektif dan efisien maka dalam memilih metode harus sesuai dengan tingkat kematangan, bakat, minat, kondisi dan gaya belajar peserta didik. Dengan demikian tidaklah dibenarkan jika dalam melaksanakan proses pembelajaran pendidik hanya menerapkan satu macam metode  tanpa memperhatikan kondisi peserta didiknya.




4.      Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan diterapkan suatu metode.  Wina Sanjaya menyatakan bahwa: Ada dua hal yang termasuk ke dalam faktor lingkungan belajar, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan psikologis. Lingkungan fisik meliputi keadaan dan kondisi sekolah, misalnya jumlah peserta didik dalam  kelas, laboratorium, perpustakaan, dan di mana lokasi sekolah itu berada. Lingkungan psikologis adalah iklim sosial yang ada di lingkungan sekolah itu misalnya keharmonisan hubungan antara pendidik dengan pendidik, antara pendidik dengan kepala sekolah, keharmonisan antara pihak sekolah dengan orang tua.
Berdasarkan pendapat di atas terlihat bahwa adanya perbedaan pada lingkungan belajar. Hal ini harus menjadi bahan pertimbangan dalam menetapkan metode pengajaran karena lokasi tempat berlangsungnya suatu kegiatan pembelajaran sangat berpengaruh terhadap pemilihan suatu metode. Suatu contoh sekolah yang berada dekat jalan raya, terminal atau pasar yang bising tentu tidak akan efektif bila pendidik hanya menerapkan metode ceramah semata.
5.      Faktor  Fasilitas
Yang termasuk dalam faktor  fasilitas adalah alat atau media pembelajaran dengan berbagai macamnya dan juga sumber belajar yang tersedia. Faktor ini harus dipertimbangkan pula dalam pemilihan penerapan suatu metode, karena setiap metode menghendaki alat dan sumber yang berbeda-beda. Pengaruh fasilitas dalam pemilihan metode nyata dalam situasi di mana metode demonstrasi dan eksperimen tidak dapat diterapkan karena tidak tersedianya alat-alat dan bahan penunjangnya.
Seringkali terjadi dalam kegiatan proses belajar-mengajar pendidik cenderung hanya menggunakan metode ceramah bila tidak tersedia fasilitas penunjang yang memungkinkan untuk diterapkan metode-metode lainnya. Hal ini disebabkan metode ceramah tidak terlalu menuntut fasilitas yang banyak bila dibandingkan dengan tuntutan metode lainnya seperti diskusi, demonstrasi dan eksperimen.

6.      Faktor Kesiapan Pendidik
Menurut Wina Sanjaya “pendidik merupakan  komponen yang sangat menentukan  dalam implementasi strategi pembelajaran.” Hal ini berarti pendidik dalam proses pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Pendidik harus menguasai beraneka strategi dan  metode mengajar yang menuntut berbagai persyaratan tertentu yang perlu dipenuhi oleh pendidik. Persyaratan itu di antaranya; ia harus mengerti tentang metode itu (misalnya jalannya pengajaran serta kebaikan dan kelemahannya,  situasi yang tepat di mana metode itu efektif dan wajar) dan trampil menggunakan metode.  Pendidik yang kualitas berbahasanya kurang baik dan bersuara yang lirih tidak akan tepat jika terlalu sering menggunakan metode ceramah. Begitu pula bila pendidik yang tidak menguasai seluk beluk metode eksperimen dan metode Jigsaw tentunya juga tidak dapat akan menggunakan metode tersebut dengan efektif dalam menyampaikan materi pelajaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan setiap metode menuntut wawasan, ketrampilan dan pengalaman pendidik yang akan menerapkannya.
D.    Strategi pembelajaran fiqh
Istilah strategi berasal dari Bahasa Yunani yakni strategos yang berarti keseluruhan usaha, termasuk perencanaan, cara taktik yang digunakan militer untuk mencapai kemenangan dalam perang, siasat perang.[6]
Dalam pengajaran, strategi mengajar adalah tindakan guru melaksanakan rencana mengajar. Artinya usaha guru dalam menggunakan beberapa variable pengajaran (tujuan, bahan, metode dan, alat serta evaluasi) agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian strategi mengajar pada dasarnya adalah tindakan nyata dari guru dalam melaksanakan pengajaran melalui cara tertentu, yang dinilai lebih efektif dan lebih efesien.[7]  “Menurut Gerlach dan Ely bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajarant tertentu”.[8]
Sementara itu, Kemp mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Menurut Anthony S. Jones mengatakan bahwa strategi mengajar adalah “an Educational method for turning knowledge into learning”. Yaitu metode pendidikan untuk mengubah pengetahuan menjadi belajar.[9]

Dari beberapa pengertian strategi di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar.[10] Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something”.
Jadi,metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.




E.     Langkah-langkah dalam Menyusun Strategi Pembelajaran Efektif
Pengertian strategi pembelajaran efektif adalah prinsip memilih hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan strategi pembelajaran. Prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran adalah bahwa tidak semua strategi pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan dan semua keadaan. Setiap strategi memiliki kekhasan sendiri-sendiri.
Apa yang dikemukakan Killen itu jelas bahwa guru harus mampu memilih strategi yang dianggap cocok dengan keadaan. Oleh sebab itu, guru perlu memahami prinsip-prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran sebagai berikut.
1.      Guru
Guru adalah pelaku pembelajaran, sehingga dalam hal ini guru merupakan faktor yang terpenting. Di tangan gurulah sebenarnya letak keberhasilan pembelajaran. Komponen guru tidak dapat dimanipulasi atau direkayasa oleh komponen lain, dan sebaliknya guru mampu memanipulasi atau merekayasa  komponen lain menjadi bervariasi. Sedangkan komponen lain tidak dapat mengubah guru menjadi bervariasi. Tujuan rekayasa pembelajaran oleh guru adalah membentuk lingkungan peserta didik supaya sesuai dengan lingkungan yang diharapkan dari proses belajar peserta didik, yang pada akhirnya peserta didik memperoleh suatu hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu, dalam merekayasa pembelajaran, guru harus berdasarkan kurikulum yang berlaku.
2.      Peserta Didik
Peserta didik merupakan komponen yang melakukan kegiatan belajar untuk mengembangkan potensi kemampuan menjadi nyata untuk mencapai tujuan belajar. Komponen peserta ini dapat dimodifikasi oleh guru.
3.      Berorientasi pada Tujuan
Segala aktivitas guru dan peserta didik, mestinya diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Ini sangat penting, sebab mengajar adalah proses yang bertujuan. Oleh karena keberhasilan suatu strategi pembelajaran dapat ditentukan dari keberhasilan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.

4.      Bahan Pelajaran/Materi Pelajaran
Bahan pelajaran merupakan medium untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berupa materi yang tersusun secara sistematis dan dinamis sesuai dengan arah tujuan dan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan tuntutan masyarakat. Menurut Suharsimi (1990) bahan ajar merupakan komponen inti yang terdapat dalam kegiatan pembelajaran.
5.      Kegiatan pembelajaran
Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal, maka dalam menentukan strategi pembelajaran perlu dirumuskan komponen kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan standar proses pembelajaran.
6.      Alat atau Media
Alat yang dipergunakan dalam pembelajran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran alat memiliki fungsi sebagai pelengkap untuk mencapai tujuan. Alat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu alat verbal dan alat bantu nonverbal. Alat verbal dapat berupa suruhan, perintah, larangan dan lain-lain, sedangkan yang nonverbal dapat berupa globe, peta, papan tulis slide dan lain-lain.

7.      Sumber Pembelajaran
Sumber pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat atau rujukan di mana bahan pembelajaran bisa diperoleh. Sehingga sumber belajar dapat berasal dari masyarakat, lingkungan, dan kebudayaannya, misalnya, manusia, buku, media masa, lingkungan, museum, dan lain-lain.
8.      Aktivitas
Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat; memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas peserta didik.
9.      Individualitas
Mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu peserta didik. Walaupun kita mengajar pada sekelompok peserta didik, namun pada hakikatnya yang ingin kita capai adalah perubahan perilaku setiap peserta didik.

10.  Integritas
Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh pribadi peserta didik. Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, tetapi juga meliputi aspek afektif, dan psikomotorik.  
F.      Macam-macam Strategi Pembelajaran yang Digunakan dalam Pembelajaran Fiqih
Proses pembelajaran memiliki keunikan tersendiri. Siswa yang menjadi bagian dari sistem pembelajaran tidak hanya berperan sebagai obyek pendidikan, melainkan berperan juga sebagai subyek pendidikan. Perlakuan terhadap siswa ini yang menjadikan mereka bisa lebih mandiri dalam belajar, lebih aktif dan lebih punya kreatifitas dalam mengembangkan materi yang telah disampaikan guru. Hal ini mendorong terciptanya strategi dan metode pembelajaran secara aktif, guna memberikan ruang yang cukup untuk perkembangan kemampuan dan kreatifitas siswa. Adapun macam-macam strategi yaitu:
1.      Strategi Ekspositoris
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekolompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai meteri pelajaran secara optimal. Strategi ini juga disebut strategi pembelajaran lansung.[11]
konsep dan prinsip karena telah disajikan secara jelas oleh guru. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan ekspositori cenderung berpusat kepada guru.
Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi pembelajaran secara terperinci tentang materi pembelajaran. Dalam pembelajaran agama islam strategi ini merupakan strategi klasik yang sering digunakan oleh para pengajar Islam, begitu pula dengan pelajaran fiqh. Dan motode yang tepat dan efsien dalam sterategi ini ialah metode ceramah dimana metode ceramah merupakan metode yang menegdepankan transfer of knowledge atau penyampaian pengetahuan.
2.      Strategi Inquiry
Strategi inquiry merupakan rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.[12]
Inquiry merupakan strategi yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan siswa lain. Siswa memiliki potensi untuk berbeda. Perbedaan siswa terlihat dalam pola pikir, daya imajinasi, fantasi (pengandaian) dan hasil karyanya. Karena itu, kegiatan pembelajaran fiqih perlu dipilih dan dirancang agar memberi kesempatan dan kebebasan berkreasi secara berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kreatifitas siswa. Meotode yang bisa kita gunakan pada strategi ini ialah metode pemberian tugas, metode drill eksperimen, metode pemecahan masalah.
3.      Strategi Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Melalui proses penerapan kompetensi dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik akan merasakan pentingnya belajar, dan mereka akan memperoleh makna yang mendalam terhadap apa yang dipelajarinya.[13]
Contextual Teaching and Learning yang umumnya disebut dengan pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pembelajaran holistik yang bertujuan untuk membelajarkan peserta didik dalam memahami bahan ajar secara bermakna (Meaningfull) yang dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata, baik berkaitan dengan lingkungan pribadi, agama, sosial, ekonomi maupun kultural. Sehingga peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dapat diaplikasikan dan ditransfer dari satu konteks permasalahan yang satu ke permasalahan lainnya.[14]
Pembelajaran konstektual terfokus pada perkembangan ilmu, pemahaman keterampilan siswa, dan juga pemahaman konstektual siswa tentang hubungan mata pelajaran yang dipelajarinya dengan dunia nyata. Pembelajaran akan bermakna jika guru lebih menekankan agar siswa mengerti relevansi apa yang mereka pelajari di sekolah dengan situasi kehidupan nyata dimana isi pelajaran akan digunakan.[15]
Guru mengajar dalam pembelajaran Fiqih dengan tujuan mengarahkan siswa dalam memahami, mengenal, menghayati dan mengamalkan hukum Islam yang mengarah siswa supaya taat dan bertaqwa kepada Allah SWT melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta pengalaman siswa sehingga menjadi muslim yang selalu bertambah keimanannya kepada Allah SWT. Dalam strategi pembelajaran ini kita bisa gunakan metode ceramah yang diman dalam menyamapaikan materi yang diberikan kita kaitkan kedunia nyata secara langsung yang memungkin nantinya setelah penyampain materi peserta didik dapat mengaplikasikan materi tersebut.

4.      Strategi Pemecahan Masalah
Strategi pembelajaran berbasis masalah dartikan sebagai rangakaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Artinya dalam strategi ini siswa tidak hanya dituntut untuk mencatat, mendengarkan, menghafal pelajaran. Akan tetapi siswa dituntut untuk berkomunikasi, berfikir kritis, mencari dan mengolah data yang akhirnya memberikan kesimpulan. Aktivitas yang dilakukan diarahkan untuk menyelasikan masalah. Dalam strategi ini, permasalahan merupakan kata kunci dalam pembelajaran. Pemcahan masalah yang dilakukan dengan menggunakan berfikir secara ilmiah secara sistematis dan empiris. Dalam strategi ini kita bisa kita gunakan metode diskusi, metode drill ekperimen, metode pemberian tugas untuk memecahkan masalah kita berikan kepada siswa.
G.    Metode yang Digunakan dalam Pembelajaran Fiqih
Prinsip metodologi pendidikan modern selalu menunjuk kepada aspek berganda. Satu aspek menunjukkan proses anak belajar dan aspek lainnya menunjukkan aspek guru mengajar dan mendidik. Oleh karena itu, sebelum memilih strategi yang tepat, maka ada beberapa asas-asas dalam mengajar dan menididik, yaitu:

1.      Memperhatikan tingkat daya pikir anak didik
2.      Menerangkan pelajaran dengan cara yang sejelas-jelasnya
3.      Mengajarkan ilmu pengetahuan dari yang konkrit kepada yang abstrak
4.      Mengajarkan dengan cara berangsur-angsur
5.      Memberi tahu tujuan ilmu pengetahuan yang dipelajari kepada anak didik
6.      Mengajarkan ilmu pengetahuan dari yang sederhana kepada yang kompleks
7.      Memperhatikan sistematika pembahasannya dalam mengajar
Banyak macam metode yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran islam yang juga relevan dengan pembelajaran fiqih, diantaranya: metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode resitasi (pemberian tugas), metode demonstrasi, metode pemecahan masalah (problem solving) metode simulasi. Tidak ada metode mengajar yang lebih baik dari metode yang lain. Tiap-tiap metode memiliki kelemahan dan kelebihan.

Dalam penerapannya tidak satu metode saja yang digunakan dalam satu kali proses pembelajaran melainkan dapat digunakan dua, tiga atau lebih, disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Semakin bervariasi metode yang digunakan semakin menghidupkan suasana kelas bagi siswa-siswi yang belajar.
Dalam pelajaran fiqih, seorang guru dapat memilih beberapa metode yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan seperti materi tentang berwudhu. Pada materi ini seorang guru fiqih bisa memakai metode ceramah, metode kelompok, metode tanya jawab, demonstrasi atau metode yang lainnya yang menurut guru fiqih bisa dipakai dan cocok dengan materi yang disampaikan. Karena harus disadari oleh pendidik tidak semua metode cocok dengan materi yang akan disampaikan.
1.      Metode ceramah
Metode ceramah ialah cara menyampaikan sebuah materi pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada siswa atau khalayak ramai. Ini relevan dengan definisi yang dikemukakan oleh Ramayulis, bahwa metode ceramah ialah “penerangan dan penuturan secara lisan guru terhadap murid-murid diruangan kelas”. Zuhairini mendefinisikan bahwa metode ceramah “adalah suatu metode di dalam pendidikan dimana cara penyampaian materi-materi pelajaran kepada anak didik dilakukan dengan cara penerangan dan penuturan secara lisan”.[16]
Metode ceramah adalah teknik penyampaian pesan pengajaran yang sudah lazim dipakai oleh para guru di sekolah. Ceramah diartikan sebagai suatu cara penyampaian bahan secara lisan oleh guru dimuka kelas. Para murid sebagai penerima pesan, mendengarkan, memeprhatikan, dan mencatat keterangan-keterangan guru bilamana diperlukan.[17]
Metode ini banyak dipilih guru karena mudah dilaksanakan dan tidak membutuhkan alat bantu khusus serta tidak perlu merancang kegiatan siswa. Dalam pengajaran yang menggunakan metode ceramah terdapat unsur paksaan. Dalam hal ini siswa hanya diharuskan melihat dan mendengar serta mencatat tanpa komentar informasi penting dari guru yang selalu dianggap benar itu. Padahal dalam diri siswa terdapat mekanisme psikologis yang memungkinkannya untuk menolak disamping menerima informasi dari guru. Inilah yang disebut kemampuan untuk mengatur dan mengarahkan diri.

2.      Metode diskusi
Diskusi adalah suatu kegiatan kelompok dalam memecahkan masalah untuk mengambil kesimpulan. Diskusi tidak sama dengan berdebat. Diskusi selalu diarahkan kepada pemecahan masalah yang  menimbulkan berbagai macam pendapat dan akhirnya diambil suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh anggota dalam kelompok.
Zuhairini, Memberikan pengertian tentang metode diskusi secara umum sebagai salah satu metoide interaksi edukatif  diartikan sebagai metode didalam mempelajari bahan atau penyampaian bahan pelajaran dengan jalan mendiskusikannya sehingga menimbulkan pengertian, pemahaman, serta perubahan tingkah laku murid seperti yang telah dirumuskan dalam tujuan instruksionalnya.[18]
Dalam dunia pendidikan metode diskusi ini mendapat perhatian karena dengan diskusi akan merangsang anak-anak untuk berfikir atau mengeluarkan pendapatnya sendiri. Oleh karena itu metode diskusi bukanlah hanya percakapan atau debat biasa saja, tapi diskusi timbul karena ada masalah yang memerlukan jawaban atau pendapat yang bermacam-macam.
3.      Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah salah satu tehnik mengajar yang dapat membantu kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode ceramah. Ini disababkan karena guru dapat memperoleh gambaran sejauh mana murid dapat mengertikan dan mengungkapkan apa yang telah di ceramahkan.
Metode tanya jawab ialah cara penyampaian pelajaran dengan jalan guru mengajukan pertanyaan dan murid memberikan jawaban, atau sebaliknya murid yang mengajukan pertanyaan dan guru yang memberikan jawaban.
Metode tanya jawab juga dapat diartikan sebagai suatu metode di dalam pendidikan dan pengajaran di mana guru bertanya sedangkan murid menjawab tentang bahan materi yang diperolehnya.
Metode tanya jawab dapat  digunakan oleh guru untuk menetapkan perkiraan secara umum apakah anak didik yang mendapat giliran pertanyaan sudah memahami bahan pelajaran yang diberikan. Metode tanya jawab juga diartikan sebagai metode mengajar dimana seorang guru mengajukan  beberapa pertanyaan kepada beberapa murid tentang pelajaran  yang telah diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca sambil memperhatikan proses berfikir diantara murid-murid.




4.      Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu proses kejadian. Metode demonstrasi biasanya diaplikasikan dengan menggunakan alat-alat bantu pengajaran seperti benda-benda miniatur, gambar, perangkat alat-alat laboratorium dan lain-lain. Akan tetapi, alat demonstrasi yang paling pokok adalah papan tulis dan white board, mengingat fungsinya yang multi proses. Dengan menggunakan papan tulis guru dan siswa dapat menggambarkan objek, membuat skema, membuat hitungan matematika, dan lain – lain peragaan konsep serta fakta yang memungkinkan.
5.      Metode Sosio Drama
Sosiodrama dimaksudkan adalah suatu cara mengajar dengan jalan mendramatisasikan bentuk tingkah laku dalam hubungan social, metode bermain peranan, titik tekanannya terletak pada keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah yang secara nyata dihadapi. Menurut Abdurrahman Shaleh metode sosio drama dan bermain peran adalah dua metode yang dikatakan bersama dan dalam penggunaannya sering digunakan silih berganti.
6.      Metode Resitasi
Adapun pengertian lain dari metode resitasi adalah cara menyajikan bahan pelajaran di mana guru memberikan sejumlah tugas terhadap murid-muridnya untuk mempelajari sesuatu, kemudian mereka disuruh untuk mempertanggungjawabkan. Tugas yang diberikan oleh guru bisa berbentuk memperbaiki, memperdalam, mengecek, mencari informasi, atau menghafal pelajaran yang akhirnya membuat kesimpulan tertentu. Buku “pengantar ilmu dan metodologi pendidikan islam.
Metode pemberian tugas belajar (resitasi) sering disebut metode pekerjaan rumah, adalah metode di mana murid diberi tugas khusus di luar jam pelajaran. Dalam pelaksanaan metode ini anak-anak dapat mengejakan tugasnya tidak hanya di rumah, tapi dapat dikerjakan juga di perpustakaan, di laboratorium, di ruang-ruang praktikum dan lain sebagainya untuk dapat dipertanggungjawabkan kepada guru.
H.    Langkah-langkah mangajarkan Ibadah (fiqh)
Guru dapat mengikuti langkah-langkah berikut[19]:
1.      Pendahuluan: guru mengadakan apersepsi antara pelajaran yang telah lalu dengan pelajaran yang akan diajarkan, guna mengarahkan pikiran murid-murid terhadap pelajaran baru.
2.      Penyajian: Guru menguraikan pelajaran baru secara praktis jika pelajaran itu menghendaki praktik. Seperti pelajaran wadlu dan shalat, umpamanya. Kemudian murid-murid membaca pelajaran itu dalam buku bacaan sekolah. Guru menuntun perhatian mereka kepada hal-hal yang penting dan menuliskan secara teratur dipapan tulis.
3.      Menghubungkan pelajaran baru dengan pengetahuan yang telah mereka ketahui dan dengan realita kehidupan mereka.
4.      Kesimpulan: guru menarik kesimpulan melalui diskudis yang matang terhadap hokum-hukum syara’ yang ada dan perlu diketahui anak. Membimbing perhatian mereka dalam cara menarik kesimpulan pelajaran.
5.      Ulangan dan latihan. Ulangan dan latihan dapat ditempuh melaui diskusi atau mengajukan kembali pertanyaan yang dapat menyempurnakan pemahaman mereka dengan tekanan pada keaktifan muri-murid berdiskusi dan menarik kesimpualan.
I.       Contoh Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran fiqh
1. Pendahuluan
a.       Deskripsi Singkat
Materi tentang Rukun Islam
Rukun Islam wajib dilaksankan oleh seluruh umat islam. Rukun islam ada 5, yaitu:


1)      Syahadat
Syahadat terbagi 2: syahadat tauhid dan syahadat rosul. Bacaaan syahadat Tauhid“Asyhadu ala ilaaha ilalloh”, sedang bacaan syahadat rosul “Asyhadu anna muhammdarrosululloh”. Ketika membaca syahadat harus di yakini di dalam hati.
2)      Shalat
Shalat wajib dilaksanakn oleh seluruh kaum muslim dan muslimah. Shalat 5 waktu dalam sehari, yaitu dzuhur, ashar, maghrib dan isya. Siapa yang tidak melaksanakan shalat hukumnya dosa dan orang yang melaksanakn shalat akan mendapat pahala.
3)      Zakat
Zakat terbagi 2: zakat fitrah dan zakat mal (harta). Zakat di berikan kepada orang yang berhak menerima zakat yaitu ada 8: amilin, gorimin, ibnu sabil, sabilillah, fakir, miskin, mu’alaf, dan orang yang dalam perjalanan.
4)      Puasa
Puasa adalah menahan diri dari segala yang membatalkannya, dari mulai terbit fajar sampai terbenam matahari. Puasa di bulan ramadhan hukumnya wajib, sebagaimana perintah Alloh SWT dalam surat Al-Baqoroh.
5)      Menunaikan Ibadah Haji
Ibadah haji wajib dilaksanakan bagi orang yang mampu, baik fisik maupun kesehatannya. Ibadah haji dilaksanakan tiada lain untuk ibadah kepada Allah.
b.      Relevansi
Materi tentang Rukun Islam sangat baik dan sesuai di jelaskan untuk Sekolah Dasar Kelas 1. Dimana materi tentang rukun islam ini, banyak berkaitan dengan aqidah yang harus diterapkan oleh guru terhadap peserta didik dalam kehidupan sehari-harinya. Di kelas rendah, khususnya Kelas 1 sangat mudah dalam menerima pelajaran karena perkembangan otaknya masih berjalan dengan lancar. Karena mudah dalam menerima pelajaran, mengenai materi tentang rukun islam ini, dituntut seorang guru harus benar-benar memberikan pengajarannya dan penjelasnnya dengan baik. Supaya peserta didik tidak salah dalam menerapakannya.[20]
Misalnya sub materi tentang sahalat, guru harus menjelaskannya terlebih dahulu apa pengertian dari shalat, kemudian guru mempraktekan kepada anak tata cara shalat dan menjelasakan manfaat dari shalat itu sendiri, sampai siswa merasa wajib akan melaksanakan shalat.
Satu persatu materi tentang rukun islam dijelaskan kepada siswa. Dengan berbagai metode dapat dilakukan oleh guru, sehingga siswa mampu menerima apa yang dijelaskan oleh guru dan melaksankannya dalam kehidupan sehari-hari.
c.       Tujuan/Kompetensi
Tujuan/Kompetensi yang diharapkan dari siswa, tentang materi pembelajaran Rukun  Islam, yaitu di antaranya:
1.      Siswa mampu mengetahui tentang rukun islam
2.      Siswa diharapkan dapat mengamalkan dan melaksanakan semua rukun islam yang 5 dalam kehidupan sehari-hari
3.      Siwa harus sampai merasa yakin bahwa semua yang di perintahkan Alloh itu wajib dan harus dilaksanakan
2.      Hal-Hal yang Berkaitan dengan Kegiatan Inti[21]
Hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan inti diantaranya:
a.       Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang rukun islam kepada siswa
b.      Guru membagikan materi supaya siswa membacanya
c.       Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang kurang di pahami oleh siswa
d.      Guru membagikan kartu kapada setiap siswa, didalam kartu tersebut terdapat nama siswa, sub materi dan nama pasangan siswa, yang harus diisi oleh setiap siswa.
e.       Setelah membagikan kartu, guru memberi penjelasan tentang metode yang akan di mainkan (take and give).
f.       Siswa disuruh mengahafal tentang sub materi yang telah di berikan oleh guru sesuai kartu yang di pegang, kurang lebih selama 5 menit.
g.      Setelah itu, seluruh siswa di suruh berdiri dan mencari pasangan yang berbeda sub materi, yang tadi di bagikan oleh guru.
h.      Setelah mendapatkan pasangan, siswa di suruh bertukar informasi kepada pasangannya tentang materi yang dihafalkan.
i.        Kemudian guru memanggil beberapa orang dari siswa, untuk menjelaskan informasi apa yang di dapat dari teman pasangannya di depan kelas dan siswa yang lain memperhatikan.
j.        Terakhir guru mengulang kembali secara ringkas tentang materi yang disampaikan, supaya siswa lebih memahaminya
3.      Penutup
Materi rukun islam, merupakan materi yang paling pas dan baik di berikan kepada anak Sekolah Dasar Kelas 1, karena banyak berkaitan dengan ibadah mahdoh dan ghoiru mahdoh dalam kehidupan sehari-hari. Supaya anak mengetahui tentang materi tersebut, maka harus di berikan contoh yang riil dalam kehidupannya.
Tujuan dari materi ini, tiada lain supaya siswa mampu mengetahui tentang rukun islam dan diharapkan siswa dapat mengamalkan serta melaksanakan semua rukun islam yang lima dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam memberikan materi tentang rukun islam, bisa dilakukan dengan menggunakan metode take and give dalam pembelajaran. Dengan menggunakan metode ini, anak mampu berfikir dan mengahafal materi dengan waktu yang relatif singkat.








Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat kita simpulkan bahwa metode merupakan suatu cara yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Metode mengajar atau metode pembelajaran fiqh adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang guru dalam menyampaikan materi atau yang berkenaan dengan pembelajaran fiqh islam kepada murid atau peserta didik dengan menggunakan berbagai cara sehingga tujuan dari sebuah pendidikan khususnya dalam menyampaikan materi fiqh tersebut dapat tercapai secara efektif dan efesien.
Untuk menentukan metode mengajar dalam pembelajaran fiqh seorang guru setidaknya mengatahui dan memahami apa saja prinsip-prinsip metode tersebut sehingga dari setiap metode yang digunakan nantinya berhasil secara maksimal serta mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi dalam memilih metode juga harus diperhatikan atau dipertimbangkan secara mendalam sehingga metode yang kita pilih nantinya efesien antara metode dan materi dapat berkorelasi secara maximum.
Metode yang kita gunakan atau yang kita telah pilih tidak dapat berjalan secara lancar dalam penerapan apabila strategi yang kita gunakan bertentangan dengan metode.
Adapun Langkah-langkah dalam mangajarkan Ibadah (fiqh) Guru dapat mengikuti langkah-langkah berikut: Pendahuluan: guru mengadakan apersepsi antara pelajaran yang telah lalu dengan pelajaran yang akan diajarkan. Penyajian: Guru menguraikan pelajaran baru secara praktis jika pelajaran itu menghendaki praktik. Menghubungkan pelajaran baru dengan pengetahuan yang telah mereka ketahui dan dengan realita kehidupan mereka. Kesimpuan: guru menarik kesimpulan melalui diskusi yang matang terhadap hukum-hukum syara’ yang ada dan perlu diketahui anak. Membimbing perhatian mereka dalam cara menarik kesimpulan pelajaran. Ulangan dan latihan. Ulangan dan latihan dapat ditempuh melaui diskusi atau mengajukan kembali pertanyaan yang dapat menyempurnakan pemahaman mereka dengan tekanan pada keaktifan muri-murid berdiskusi dan menarik kesimpualan.




Daftar Pustaka
Abd. Kadir Ahmad, Muhammad. 2008. Metodologi pengajaran islam. Jakarta: Rineka Cipta.
Arief, Armai. 2002  Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers.
Aziz, Erwati. 2003. Prinsip-prinsip pendidikan islam. Solo: Tiga Serangkai
Departemen Agama RI. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: LAPIS-PGMI.
E. Mulyasa. 2005. Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: PT Remaja Rosda karya.
Hamalik, Oemar. 1989. Pengajaran Unit Pendekatan Sistem. Bandung: CV.Mandar Maju.
Hamzah B. Uno.  2009. Model Pembelajaran (Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif           dan Efektif). Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana. 2009.  Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika      Aditama.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran
M. Suabana, dkk. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.
Sudjana, Nana. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Sinar Baru Algesindo.
Sumiati dan Asra. 2008. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Kencana Permata.
Trianto. 2010.  Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana.


Usman, Basyiruddin. 2002.  Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Pers.
Werkanis dan Marlius Hamadi. 2003. Strategi Mengajar (dalam Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar di Sekolah). Pekanbaru: Pemerintah Daerah Provinsi Riau Dinas Pendidikan Nasional.
Zuhairini dan Abdul Ghofir. 2004. Metodologi Pembelajaran. Malang: UM PRESS.





[1] Erwati, Aziz, Prinsip-prinsip pendidikan islam, ( Solo: Tiga Serangkai, 2003), hlm.79.
[2] Oemar Hamalik, Pengajaran Unit Pendekatan Sistem, (Bandung: Mandar Maju, 1989), hlm.98.
[3] http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran
[4]https://id-id.facebook.com/notes/belajar-fiqih-islam/pengertian-fiqh-dan-sejarah perkembangannya/10150578829761520
[5] Oemar Hamalik., hlm. 98-99
                [6] M. Suabana, dkk. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia),
hlm. 9.
[7] Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Sinar Baru Algesindo, 2000), hlm. 147.
[8] Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran (Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif), (Jakarta: PT. Bumi Aksara: 2009), hlm. 1.
[9] Werkanis dan Marlius Hamadi, Strategi Mengajar (dalam Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar di Sekolah), (Pekanbaru: Pemerintah Daerah Provinsi Riau Dinas Pendidikan Nasional, 2003), hlm. 10.

[10] op.cit., hlm. 2.
[11] Departemen Agama RI, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: LAPIS-PGMI, 2008), hlm. 11.

[12] Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 166.
[13] E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT Remaja Rosda karya, 2005), hlm. 55.
[14] Nanang Hanafiah, dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung: Refika Aditama, 2009), hlm. 67.
[15] Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (BandungCV. Kencana Permata, 2008), hlm. 13-14.

[16] Armai Arief,  Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 135-136.
[17] Basyiruddin Usman,  Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 34.

[18] Zuhairini dan Abdul Ghofir, Metodologi Pembelajaran, (Malang: UM PRESS, 2004), hlm.64.

[19] Muhammad abd. Kadir Ahmad, Metodologi pengajaran islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm.158.
[20] http://fdj-indrakurniawan.blogspot.com/2012/05/makalah-pembelajaran-dalam-sebuah-teori.html
[21] Ibid.,